Saturday, 30 November 2013

Rolling In The Deep

Ah, hari ini aku kembali nikmatin cahaya matahari pagi lagi, sudah sebulan ini aku terbangun kemudian bergegas mandi dan berangkat ke kantor. Senang rasanya mandangin pergerakkan awan di langit pagi, bawaan nya pengen senyum aja. Tapi kemudian cuaca cerah dan biru nya langit gak bertahan lama, datang si awan kelabu membawa rintikkan hujan nya ke bumi.
Kemudian lagi, aku berpikir. Ya, banyak sudah waktu aku habiskan untuk berpikir , terlalu rumit di dalam sini (Nunjuk kepala). Mari kita bawa postingan kali ini lebih mendalam. 

Aku kangen Papa
Dia gak kemana-mana, masih ada. Tapi, kenyataan bahwa dia harus berbagi cinta dengan keluarga barunya sedikit membuatku iri. Papa dulu selalu jadi pahlawanku, dia selalu ada disaat mereka nge-bully aku. Papa pasti jadi orang yang pertama kali membelaku mati-matian, bahkan pada saat mama menyalahkan ku sekalipun. Papa sering berjuang mati-matian demi aku, Panas terik, hujan, dingin nya malam bukan apa-apa baginya demi memenuhi keinginanku. 
Memandang keadaan saat ini aku diharuskan untuk belajar dewasa, mengerti bahwa papa kini tidak hanya milik aku dan mama saja. Sekarang aku seperti kepala keluarga sekaligus tulang punggung mama. Aku pintar menyembunyikan depresi ku dengan senyuman, Agar mama gak akan pernah tau kalau aku rapuh. Aku mau mama tetap mengenal Aku yang tangguh, berani, kuat dan tidak mudah menyerah. 
Tapi sekali lagi, aku kangen papa. Pernah di saat jam 2 malam asma sialan ku kambuh, waktu itu belum punya oksigen pernafasan bantuan, alhasil mama jadi panik. Tapi, kemudian diantara hampir kehabisan nafas itu, terlintas bayangan dulu waktu papa masih tinggal dirumah. Panik nya papa beda sama panik nya mama. Papa pasti bakalan cari 1001 cara untuk bisa membawaku kerumah sakit, meski kadang sakitku cuma panas biasa. Dan malam itu, ketika aku sadar kenyataan sudah berubah, aku mencoba terus bernafas dan bernafas. Papa gak disini, kamu harus kuat, Ai. Ujarku pada diriku sendiri. Akhirnya Asma sialan itu berhenti bertingkah juga. 

Belum selesai dengan masalah broken home, aku masih struggles dengan kehilangan di masa lalu, semua yang kenal aku pasti tau kalau aku kehilangan sahabat terbaik yang satu-satunya bisa mengerti aku. Mereka sempat melihatku dengan tatapan kasihan, sebagian lagi mencibir karena menganggapku terlalu berlebihan, namun tidak sedikit juga yang mengatakan bahwa aku sekarang mengidap ganguan jiwa.

Well, biar ku ceritakan lagi kenapa aku menjadi pribadi yang berubah 360 derajat setelah kehilangan Sahabat.

Aku berbeda dengan kalian,  yang bisa supel dan enerjik di sekolah. Aku pada umumnya sama dengan kebanyakkan anak sekolahan. Yang sedikit membedakan, dari SD aku sering di bully dan dikatain sama teman sekolah. Entah apa yang membuat mereka selalu mengatai aku, tapi yang jelas wajah-wajah penuh ejek itu masih membekas di kepalaku sampai sekarang. Kebanyakkan dari mereka yang suka meledekku adalah anak laki-laki. Waktu itu aku pernah di lemparin pake tusuk lidi, di siram pake air WC dan di ceburin ke dalam selokan dan di hina habis-habisan. Aku sudah merasakan semua nya. di usia ku yang masih muda saat itu, aku mengambil keputusan tepat untuk tetap bertahan dan cuek sampai lulus SD. tapi ada kalanya hal itu terlalu jauh dan membuatku menangis sendirian di pojokkan kelas. 
Pem-bully-an tersebut berdampak pada perkembangan mentalku ketika mulai memasuki SMP, aku sulit menjadi diriku sendiri, cenderung berpura-pura agar bisa menempatkan diri dengan mereka yang normal. Jauh di dalam jiwaku, sebenarnya aku anak yang cenderung menyendiri dan pendiam. Aku takut membuka diri dengan mereka. Aku takut bilang kepada mereka kalau aku "berbeda". Aku takut mereka kembali mengejek dan menghinaku seperti di SD dlu. Dan jujur ku akui, aku belum sepenuhnya menjadi diriku sendiri sampai duduk di kelas 3 SMP. Disitu awal aku kenal sosok hebat yang bernama Nadya. Ketika memasuki ruang kelas 3 yang baru, aku masih bingung dan cemas karena tidak ada satupun dari mereka yang akrab denganku, sebagian pernah satu kelas denganku pas di kelas 1 namun tidak ada satupun dari mereka yang mau berbaik hati tersenyum ataupun menyapa ku. Kursi di belakang sudah di isi penuh oleh geng anak-anak "Populer" . sehingga yang tersisa hanya di depan. Aku pikir aku bakalan sendiri, duduk di depan memandangi papan tulis. Kemudian Nadya datang, menyadari hanya kursi depan yang kosong, dia pun menaruh tas nya di sebelahku. Saat itu dia tidak banyak berbicara, tapi dia SATU-SATUNYA yang memberikan senyum nya padaku. Aku mulai merasa di hargai saat itu. hari demi hari ku pelajari pribadinya, ternyata dia tidak se-angkuh yang mereka katakan. mereka selalu bilang "Nadya itu jutek, dia cuma mau temanan sama orang yang level nya sama kayak dia" dan baru kusadari itu semua BULLSHIT! mereka cuma iri dengan Nadya. Waktu berlalu, aku dan Nadya menjadi sahabat yang sulit terpisahkan saat itu. Meski masih kurasakan ejekkan mereka tentangku, tapi aku tidak sendiri, karena saat itu Nadya mengerti posisiku, dia pun mengalami hal yang sama. 
Tiba saat nya masuk ke SMA. Aku memutuskan untuk masuk di Salah satu SMA favorit di samarinda saat itu, berkas dan keperluan lain sudah masuk. menjelang seminggu Masa Orientasi, Nadya menelponku.

"Da, kita masuk SMK aja yuk, yang di Jl Ahmad Dahlan." Suaranya terdengar cemas.
"Loh, kenapa emang, Yah(nama kecil Nadya)"
"Aku gak yakin kita bisa Survive di SMA favorit itu. Kita di SMK aja ya, temanin aku disana."
Aku sedikit bingung dengan nya saat itu, kenapa seorang Nadya bisa ragu. biasanya dia selalu pasti dalam membuat keputusan.
"Hmmm oke deh, aku bilang sama papaku dlu untuk masukan kita di SMK situ."
"Yang bener da? Seriusan??"
"Iyaaaaa. aku ngikut kamu aja"

Percakapan singkat itu merubah kehidupan kami selanjutnya. Kami menjadi perbincangan teman sekelas karena di anggap ga bisa berbaur dengan yang lain. Kami kembali mengalami yang nama nya Bullying. kali ini hampir satu sekolah menghakimi. Dari cara aku dan Nadya berpakaian, dari tas yang kami pakai, dari jam tangan, sepatu dll semua menjadi masalah bagi mereka. Hanya hitungan hari Nadya sudah menjadi Selebriti di sekolah. Semua cowok-cowok ganjen sibuk mencoba ngambil perhatian Nadya dengan manggil-manggil namanya,
handphone Nadya mulai penuh dengan SMS gombal najis yang bakalan langsung dia hapus. Kadang pas jam pelajaran banyak yang nelpon dan misscall. Namun, hal itu mengundang banyak kecemburuan dan rasa dengki dari kalangan cewek yang se angkatan maupun yang senior. Aku dan Nadya pernah di musuhin 1 kelas , karena Nadya dituduh ngambil pacar nya ehhmm sebut aja Sinta. Sinta waktu itu benci banget sama Nadya. berhubung geng mereka ada 9 orang(kalau gak salah) akhirnya aku yang satu-satunya membela Nadya. 
Pengen rasanya Nonjok mereka ketika ngatain Nadya "Perempuan Laknat" APA HAK MEREKA ME-LAKNAT ?? mereka bukan Tuhan. Disini Anxiety disorder ku perlahan menggerogoti ku , tapi aku masih terlalu bodoh untuk menyadari nya. Setiap hari aku lewati dengan menahan emosi oleh sindiran dan kalimat kasar yang mereka lontarkan untuk ku dan Nadya. Nadya selalu jadi yang paling sabar. berbeda dengan ku. Pernah ada kasus aku dan Nadya hampir di keroyok kakak kelas. tapi gak jadi, karena mungkin mereka cuma berani rame-rame aja.Pas aku di panggil guru BP, Nadya pernah bilang "Da, aku percaya kok sama kamu, gak mungkin kamu yang salah. Bilang aja ini aku yang salah" Aku terdiam. Kenapa seorang Nadya mau mengorbankan diri untuk menerima hukuman ku? 
"Gak Yah, ini kasusku. Bukan kamu yang salah. biar aja aku yang di skors" 
"Ah sudah, biarin dah kita di Skors bedua, enak lagi bisa jalan kita ke SCP makan di foodcourt"

Dari situ aku mulai merasa arti seorang Sahabat. Dan semenjak saat itu juga perlahan trauma masa lalu ku menghilang. aku mulai open minded sama lingkungan sekitar, Nadya mengajarkan ku untuk tetap humble dan memaafkan mereka yang membenci kita. Masa-masa SMK adalah masa paling sulit bagi masa muda kami, karena kami selalu jadi orang yang dibenci dan dihina. tapi masa itu adalah masa dimana aku belajar untuk menjadi seorang sahabat sehidup semati. I always had her back, and vice versa. We rule our own imagination. We cried together. Kami merasakan susah dan senang nya menjadi anak sekolahan. 

We ever thought that this world is unfair, we hate everyone. Its just me and you.

"Aku gak akan pernah bisa marah ke kamu, bun. Kita sudah lama sahabatan masa mau marahan..aku minta maaf sudah sempat melupakan kamu sesaat, tapi aku masih sahabatmu bun. aku masih bisa jadi orang yang selalu ada buat kamu" 

Itu kalimat terakhir yang sampai sekarang jadi kenangan paling aku ingat dari Nadya. setelah 5 tahun bersahabat, akhirnya Tuhan memutuskan untuk memanggil Nadya untuk kembali. Disinilah puncak trauma ku semakin parah.

Setelah dia pergi, aku mengurung diri hampir berbulan-bulan di kamar, self-harmed, trying to overdoze myself, trying to choke my breath. yang aku pikir waktu itu adalah, aku cuma mau barengan lagi sama Nadya. Tanpa aku sadari, aku berubah. Aku kembali jadi AKU yang trauma waktu SD dulu, aku menutup diri, aku menjauhkan orang-orang yang pernah dekat denganku, aku membenci semua orang, aku bahkan membenci diriku sendiri. Aku sempat di kabarkan meninggal karena aku sama sekali gak keluar rumah berbulan-bulan. Karena orangtua ku khawatir, aku di bawa ke dokter, dan dokter itu bilang aku punya Anxiety disorder. Awalnya aku pikir dia becanda, mana mungkin ada penyakit aneh gitu nama nya. Tapi sejak saat itu aku mulai di beri obat-obat penenang seperti Xanax, Valium, Prozac anti depresan dll. Dunia ku berubah semenjak kehilangan Nadya. Aku sulit percaya dengan teman yang lain, terlebih lagi sudah sering di khianati. 

Jadi , inti dari cerita panjang tersebut, aku hanya mau menyimpulkan bahwa kalian yang bilang aku berlebihan, mungkin gak ngerti gimana sulitnya aku untuk bisa menjadi pribadi yang terbuka lagi setelah kejadian waktu SD, dan gimana rasanya ketika satu-satunya kekuatan mu untuk bisa ceria lagi , hilang dari kehidupan mu. Bagaikan di tarik keluar dari lingkaran kegelapan kemudian ketika hampir sampai ke atas , kamu kembali di jatuhkan lagi. 

Hakimi sesuka hati, karena aku tidak memungkiri kalau aku memang "berbeda" dari kalian. Tapi aku tidak gila seperti yang kalian pikir. Aku mungkin depresi, tapi tidak gila. 
bagiku pengalaman memiliki sebuah ikatan persahabatan, hanya kurasakan dengan Nadya. Karena kami benar-benar berjuang bersama dalam penghakiman dan tatapan sinis dunia.
Sebagian memandang, persahabatan itu foto-foto bareng, jalan bareng, ketawa bareng, atau bolos bareng. Tapi Persahabatan yang aku punya tidak se-sederhana itu. kami sama-sama belajar menghadapi sakitnya dihina dan di tindas, sakitnya ucapan fitnah, sakitnya tatapan iri dan sinis kalian yang pernah benci dengan kami. Sakitnya perjuangan untuk sekedar bisa sedikit bernafas lega tiap hari nya, karena harus di tekan oleh hierarki sosial.


Hargai orang lain, baik itu orang tua, sahabat, saudara. karena ketika kamu merasa mereka akan selalu ada di hidupmu, suatu saat Tuhan bisa saja memanggil mereka, pertanyaan nya adalah... Seberapa keras usaha mu menjadi yang terbaik untuk mereka ketika mereka masih hidup?
Continue Reading...

Redundant

I was drowned in my own tears last night, depression and anxiety hits me a lot this weekend and i have no idea how small things can be a trigger. Depression is a word I hear thrown around day-in and day-out nowadays.
Struggling in my bed, throwing stuff and hugging my pillow so tight. Its so hard to breath when you're in a depression.
I keep run my fingers to my tangled hair, i can't think! 
I wish i could run, stop the time and just me in a blunt space of silence. And now i can't even know what to write here. The suicidal thoughts came to me and it keep haunts me in the day after.
When I had a bad day or depressed for certain reasons yes I cry at night. It is my private time to be alone and let it all out..no one bothers to comfort me and see me cry than myself.
I hate the puffy eyes in the morning, so today i decided to have a day off or whatever. Just to spend sometimes being alone in my room or just secretly crying because i hate myself too much lately. I probably hiding myself too much, not even bother to shares what i've been through with anyone but blogger. 
Sometimes when they say "Whatever, its up to you" making me depressed even more. Whatever is not a solution, i can't find the answer to my problems in "Whatever" 
I guess, they just don't understand.
Depression is the worst. You can be so happy one second and then the next you just get sad instantly. It is a constant battle between moods daily. It's me wanting to get better and be healthy to me wanting to cut every part of my body. It's absolutely terrible!

ugh
Continue Reading...

Monday, 25 November 2013

New Room


A little sneak peek to my room. Say hello to a cheeky minion over there. And i'm so sorry that the desk is such a mess. and how funny i found that wooden chair on my room. I know, i'm such an vintage old school :p
Continue Reading...

Drama Queen?

Ive been waiting to write about this for a few months ago. I really can't stand it when someone creating such a dramatic situation to seek for attention. I sometimes making jokes about it, because it ridiculous. I'll hide a thousand years under my bed just to avoid too much attention from people. Its overwhelming, why you wanna looking for it?

Human beings are social creatures and need social interaction, feedback, and validation of their worth. The emotionally mature person doesn't need to go hunting for these; they gain it naturally from their daily life, especially from their work and from stable relationships.
The emotionally immature person, however, has low levels of self-esteem and self-confidence and consequently feels insecure; to counter these feelings of insecurity they will spend a large proportion of their lives creating situations in which they become the centre of attention. It may be that the need for attention is inversely proportional to emotional maturity, therefore anyone indulging in attention-seeking behaviours is telling you how emotionally immature they are.
Attention-seeking behaviour is surprisingly common. Being the centre of attention alleviates feelings of insecurity and inadequacy but the relief is temporary as the underlying problem remains unaddressed: low self-confidence and low self-esteem, and consequent low levels of self-worth and self-love.
Insecure and emotionally immature people often exhibit bullying behaviours, especially manipulation and deception. These are necessary in order to obtain attention which would not otherwise be forthcoming. Bullies and harassers have the emotional age of a young child and will exhibit temper tantrums, deceit, lying and manipulation to avoid exposure of their true nature and to evade accountability and sanction.
I mean, isn't it creepy? You wanna be the center of attention and you create some bullshit drama to make you "look" vulnerable so people would put their sympathy over it. I'm sick of it. I have to read it over and over again. People on facebook nowadays. ugh why..
Facebook is weird. You'll find people on their who get all kinds of attention, but you have to wonder how many of their Facebook friends really know them well in real life, because you don't know how anyone could stand them if they knew them well.

Maybe the next time people creating their Drama, i just gonna sit down, grabbing my popcorn, and watch their shit. Its really fun to do..
Continue Reading...

Sunday, 17 November 2013

Wanderlust

Wanderlust is a strong desire for or impulse to wander or travel and explore the world


I've been spending a lot of time hiding behind my wall, i go out hang out sometimes but never really often. I sometimes wander off the universe. I love starring outside the windows, watch the skies moves and feel the bright light sun. And then i was thinking, is there anyone in this world but in a different place doing exactly the same with me? What is it like having a daylight when its night in some other part of the world? I kept repeat this question in my head. I really wanna know whats its like travel around the world and found the things i never know before.

Continue Reading...

Tuesday, 12 November 2013

Another anxious day

Anxiety is something we all experience from time to time. Most of us would recognise feelings of tension, uncertainty, worry or fear. But if you experience anxiety symptoms at higher levels than usual, or they stay at high levels for long periods, this can be very uncomfortable and interfere with everyday life.Anxiety, fear and obsessive thoughts have always plagued me for as long as I can remember. How it has affected my life was avoiding everyone and everything possible. What if somebody knew what went through my head or if I stuck around long enough could they tell that this poor little lady was terrified with fear inside?
and what making me more insane is my new job.After a day's work, I would be exhausted not by the actual work but from being lost in my thoughts. The higher my anxiety got, the more obsessions I would have. It was a vicious circle. i was having a very productive day yesterday, and All of a sudden it hit me the muscle tension, the dry mouth, sweating, the rapid heart beat, my breathing became labored, the feeling of unreality and the ground felt like it wasn't there. I thought I was having a heart attack. For the rest of the day I couldn't get that feeling out of my head,what was that I had just had? Then I got another one. I guess it lasted 15 to 30 seconds, but it felt like a lot longer than that at the time. Was I going to die? Was I going crazy? 
 Merely talking to other people makes me anxious. I often experience "phone fear." I avoid social gatherings (particularly parties), which I find excruciating. Crowded settings, especially without a perceptible escape route, cause me uneasiness, sometimes panic.
Anxiety-producing scrutiny affects me physically. My heart sledgehammers. My voice shakes. My hands tremble. and its SUCKS!
And now i had to be careful who I would open up to about any thoughts or feelings I had as they weren't viewed as normal and usually led people to become concerned about me. And so they should have been really.Mental health problems can often seem as though they are under control and not a big deal, I know that I would regularly want to tell people how I felt, but wouldn't out of fear of them rejecting me or, worse, worrying about me.
There is still a part of me that is concerned that people may worry about me and that is probably be the biggest reason why I am not always truly honest with them about how I am feeling. Time and again friends and family members will express their concerns to me and I will brush them off. Telling them that I am fine, I'm ok.
So many times I have put my depression into a little box while at work and claimed that I was tired or ill. Partly out of fear, I don't want my colleagues to think less of me, but also partly because I don't feel as though I deserve their concern.a.

I didn't really know how to cope with all of the terrible things I was feeling and would reach out for help and then instantly snatch my outstretched hand back out of terror that someone might just care enough to help me.
The years went by and I lost many friends. It was never through their lack of trying or understanding. The only person who stood by me through everything, the ups and downs, the sidesteps and the rejections, is my Boyfriend. He saw through my attempts to push him away and it only drew him closer. I still get depressed to this day, I still suffer with my anxiety and disordered thoughts will still creep into my mind from time to time. I've still not really learnt how to let people in and to care about me, I will still keep people at an arms’ length. In my head I am protecting them. Figuring my way through the battleground of depression and anxiety was hard enough by myself, I have always wished that I could be open and honest with those around me - if only to take the burden off myself for a while. It would be nice to be able to accept myself for who I am, mental health problems and all, the way I've accepted many of my friends.

It's completely normal to worry when things get hectic and complicated. But if worries become overwhelming, you may feel that they're running your life. If you spend an excessive amount of time feeling worried or nervous, or you have difficulty sleeping because of your anxiety, pay attention to your thoughts and feelings. They may be symptoms of an anxiety problem or disorder. Don't make fun of my mental health, its not easy to accept this fact but i have to. 
I walked around with a weight on my chest that never went away. It was difficult for me to come to terms with the changes that had taken place in me over a matter of months. I was losing friends because of my behaviour, and all I wanted, more than anything else, was to go back to being my happy, cheerful self. I wanted to genuinely smile and laugh until my stomach hurt.
If it were a choice, why would anyone choose anything but happiness? The implication was clearly if you’re sad you choose to be so for attention or self-pity or out of laziness. If anything, being depressed made me want to isolate myself from everyone. Attention was possibly the last thing I wanted.
I realise now that anger was not the right emotion. I now know how difficult it is for someone who doesn’t have a mental health illness to understand just how debilitating it can be. I’ve experienced a lot of misunderstanding from some of the people closest to me. After having an anxiety disorder for six years, I’ve started to distance myself from this, though, and realise it’s difficult for others to understand. I’m grateful for the help and support I’ve received from loved ones but sometimes the help that means the most is the help that comes from unexpected places.
Continue Reading...

Saturday, 2 November 2013

Same old day


I'm back again!

Setelah hampir satu minggu aku mendambakan duduk di hadapan laptop, akhirnya terwujud juga. Aku terbiasa menuangkan segala sesuatu nya kedalam tulisan, baik berupa coretan di atas potongan kertas, post-it, atau bahkan kertas HVS nganggur di meja bisa selalu jadi media aku untuk menuangkan apa yang aku rasakan. Bagiku percuma cerita ke mereka yang hanya datang "kapan-kapan" , aku lebih leluasa menulis disini, yang baca random people tapi gak masalah lah, yang penting NULIS. itu aja sih.

Bulan oktober aku habiskan dengan depresi, ya susah sih memang jadi manusia anxiety seperti aku, kayaknya semuanya dipikiran berlebihan, semua nya jadi beban aja rasanya. Dan detik demi detik aku lewati dengan perjuangan untuk tidak terus panik dan merasa cemas berlebihan. Sampai pada saat dimana aku mendapatkan jawaban yang meski tidak seperti yang kuharapkan, namun berhasil menjawab pertanyaan-pertanyaan yang berkecamuk. 

Suasana baru, lingkungan baru. 
Argh, aku benci dua hal tersebut! 

Aku selalu menjadi orang yang memperhatikan tingkah laku mereka disekitarku yang menurutku terkadang tidak sinkron dengan bagaimana seharusnya, sulit menjelaskan dengan kalimat yang tersusun rapi, karena bagiku menulis dengan bahasa indonesia merupakan tantangan tersendiri. Melawan anti sosial dan Anxiety ku, aku mencoba berbaur dengan keadan sekitar, mencoba berjalan di jalan yang sama, ibarat nya menjadi mainstream untuk satu hari. Tapi aku terlalu lelah berpura-pura seperti mereka, aku tidak nyaman menjadi sesuatu yang bukan diriku. Harusnya mungkin aku lebih baik bertanya bagaimana mereka bisa melakukan nya tanpa kesulitan sepertiku. 
Lingkungan yang dipenuhi oleh tatapan sinis dan menghakimi dari para senior merupakan pilihan yang salah bagiku. apalagi ketika Panic attack datang menyapa! aku harus pergi dari keramaian dulu untuk menenangkan nafas yang tersengal, dada yang sepertinya mau pecah, dan keadaan badan yang tidak stabil sehingga membuatku hampir hilang keseimbangan. I hate Panic Attack.

Aku membangun dinding disekitarku, tidak membiarkan orang lain menjadi terlalu dekat dalam artian mengenalku lebih jauh. Aku terlalu takut, atau dalam bahasa jelas nya "Menjadi pengecut" untuk bisa kenal dekat dengan orang lain setelah di sakiti oleh beberapa teman yang pernah dekat dengan ku. Sulit untuk bisa menaruh kepercayaan lagi kepada org lain. 

Terkadang sendirian dengan pikiranku menjadi rutinitas yang aku lewati setiap harinya, Bosan tentu saja. Tapi aku belajar mengatasi nya dengan mencari sisi baiknya. Playing in a comfort zone to stay away for being hurt again. Dunia yang sekarang terasa berbeda, sulit untuk membedakan yang mana kawan dan lawan.

Semoga di Bulan November aku masih bisa kuat melawan energi negatif yang kayaknya datang terus. Mungkin Bulan November bisa sedikit berbaik hati denganku kali ini.

Ya semoga.


Continue Reading...

Followers

Follow The Author

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...