13 Juli 2009
Siang Jam 3.35
It was a very usual day. Dimana aku lagi duduk didepan laptop membuka situs yang ramai pengunjung atau dikenal dengan Facebook. Waktu itu, facebook tidak seperti saat ini, Dimana semua masih terlihat begitu akrab dan ter-privasi.
Aku dan Sahabatku,Nadya sedang asyik ber-wall-to-wall sore itu, membicarakan hal yang biasa kami bicarakan lewat telepon atau berbincang berdua. Entah kenapa aku ga ada firasat apa-apa sore itu, hanya sedikit perbincangan via facebook yang aku pikir masih akan terjadi di esok hari nya. Akhirnya pembiacaraan singkat kami berakhir sekitar jam 4. Aku pikir yah mungkin Nadya sibuk atau lagi males Facebook-an, kemudian ku putuskan untuk mematikan laptop ku sore itu juga.
hmm
aku gak begitu ingat kejadian setelah itu, rasanya waktu itu aku sempat duduk di balkon atas menikmati hembusan angin sore yang memang rasanya sangat sejuk dan damai (Aku memang selalu menghabiskan waktu di Balkon untuk menyendiri) kemudian ingat kalau malam ada janji sama Kak Ida (Saudara perempuan nya Ozi) untuk nyewa DVD buat nonton bareng karena dirumahnya lagi kosong ga ada orang. Tapi sesaat setiap mau keluar rumah, ada saja hal yang aku rasa tertinggal dan itu membuatku mondar mandir gak karuan. Dan se-saat aku hendak menyalakan kendaraan untuk pergi sama Kak Ida, Handphone ku bergetar, Aku masih pakai handphone samsung waktu itu. Terlihat di layar "Bella" (Adiknya Nadya) Aku pikir itu adalah Nadya yang lagi minjem hp adiknya buat nelpon aku. Ku jawab dengan nada santai panggilan itu . "Ya..? kenapa?" Terdengar suara Bella yang sangat panik dan khawatir.
"Kak Aida, Yayah(panggilan akrab Nadya) Tabrakan, Sekarang lagi di UGD RS AWS SJAHRANIE"
Yang terbersit di benakku saat itu, Dia mungkin mengalami luka-luka dan aku harus segera kesana melihat keadaan nya. Karena, Nadya sebelum nya memang sering tabrakkan ringan--dia baru bisa naik motor. Aku pikir kali ini kasus nya sedikit serius, Karena sampai di UGD.
"Hah? Kok bisa bel? Trus Yayah nya gimana? Gak apa-apa kan?" Pertanyaan yang kuharap jawaban nya "Baik saja"
Tapi tidak. Suara Bella masih terdengar sesenggukan dan sedih
"Yayah nya masih belum sadar kak, Dia Koma...."
Aku masih sulit percaya dan tetap aku putuskan untuk berangkat ke RS malam itu juga. Berdua dengan Kak Ida, Aku masih bertanya-tanya di dalam kepalaku.
"Is this some kind of Joke? But, its not my birthday today. What is this? Is she gonna be fine in a couple days?" Hal itu terus bertaut di dalam kepalaku.
Setibanya disana, aku bergegas menuju ruang UGD. Dan kudapati Bella, Mami ,Papi nya dan beberapa tante nya yang sedang terlihat bingung. Ku buka tirai di ruangan itu, Sejenak aku hampir tidak percaya apa yang kulihat. Nadya Terbaring lemas (Lebih seperti tidur pulas) Di ranjang rumah sakit penuh dengan selang dan tabung-tabung pernapasan. Disana ada Adam pacar Nadya waktu itu yang juga terkejut menerima kabar dari Bella.
Pikiran ku kalut saat itu, langsung kuhubungi beberapa teman terdekat ku bahwa Nadya sedang kritis dirumah sakit. Mereka semua pun datang dan Mantan kekasihnya Turut hadir malam itu. Ini terasa seperti semua berkumpul namun tidak untuk saling tertawa dan berbagi ceria. Semua terlihat sedih dan cemas. Aku yang saat itu sulit untuk berpikir pun merasa bahwa ini hanya mimpi, mungkin ke-esokan hari Nadya akan sadar dan aku bisa menggodanya "gimana rasanya pingsan yah?" Hal seperti itu. Makin lama keadaan nya semakin memburuk, tidak ada sedikitpun darah mengucur dari tubuhnya, dokter bilang itu pendarahan di dalam kepalanya. Jikalaupun ia Sadar, mungkin dia akan cacat. Demikian pernyataan dokter yang kudengar. Aku mulai ketakutan kehilangan Nadya. Sementara otak ku masih mencoba memahami kenapa Monitor kesehatan (aku gak tau nama nya, yang biasa ada garis naikturun nya itu loh) menunjukkan 95% dan terus menurun.
Ketakutan ku berubah menjadi kekesalan saat melihat pelayanan disana,kamar disana penuh dll.. akhirnya Mami nya Nadya memutuskan untuk dirujuk ke RS Islam.
Dan disini aku merasakan bahwa Nadya akan pergi meninggalkan kami selama nya, sebelumnya kami semua (sahabat, keluarga ) hanya diperbolehkan menunggu diuar ruang ICU. Sampai monitor kesehatan itu berbunyi menunjukkan 65% . Aku dan sahabatku yang lain terus berkata "Yayah, jangan pergi dlu, kami masih membutuhkan kamu, kita semua masih ingin bersama kamu.." 65% berubah menjadi 75% kemudian berubah lagi 68, 67, dan papi nya saat itu yang duduk di samping ranjang hanya bisa terus berdoa dan tabah. Malam itu sepertinya semua tau bahwa kami akan kehilangan Nadya.
Aku tidak hentinya berbisik dalam hati "kamu kuat yah, ayo cepat sadar. You're stronger than me. Kamu pasti bisa yah" sambil menangis dan berharap keajaiban terjadi.
Tiba-tiba hal yang kami takutkan terjadi.
Layar monitor berhenti menyala dan hal tersebut menandakan bahwa Nadya sudah tidak lagi berada bersama kami. Lututku terasa sangat lemah dengan air mata yang berlinang, pandanganku kabur. Ini seperti mimpi!
INALILLAHI WA INAILAHI ROJIUN
Ku posting update an di facebook agar teman yang lain bisa melayat dipagi hari nya.
Malam itu kami semua memutuskan untuk pulang dan istirahat.
Aku seperti tidak berada di tempat, angan dan jiwa ku seperti hilang tertiup hembusan angin malam.
Jiwaku hilang bersama kepergian nya, air mataku tak berhenti mengalir dan aku tertidur bermimpi dipeluk Nadya untuk yang terakhir kalinya.
Pagi jam 09.00
Suasana dirumah nadya terlihat berbeda, ramai orang berdatangan untuk melayat. Semua terlihat asing bagiku, karena Nadya memang dikenal banyak orang. Selain kecantikkan nya, dia juga humble dan mudah bergaul, sungguh jauh berbeda denganku. Itulah kenapa kami saling melengkapi sebagai sahabat.
Semua datang mendoakan, bahkan ada beberapa yang dulunya membenci nadya ikut melayat. Kenapa baru sekarang kita semua berkumpul? Kenapa baru sekarang semua bisa berdamai dalam diam?
Aku mencium kening sahabatku sebagai tanda perpisahan terakhir , ku dengar babah nya berkata "Ini teman nya yang paling akrab" semua yang ada diruangan melihatku Iba.
Aku menangis tanpa henti, sampai ke tempat peristirahatan terakhir nya. Subhanallah.. Begitu banyak yang mengantarkan kepergian nya. Aku sungguh bangga kepadanya. Dia memang seorang teman yang sempurna dimataku.
Sesampainya dirumah, aku mengenang kisah bersama nya dan menceritakan nya kepada Kakak, sepupu2 dan teman bermainku yang juga sempat mengenal sosok Nadya karena dia sering main kerumahku. Mereka ikut menangis bersamaku dan mendoakan almarhumah Nadya. Semua berkata "Tabah" simple. Tapi sulit bagiku.
Hari-hari berikutnya kulewati dengan sangat sulit, hampir 1 minggu aku tidak keluar kamar dan hanya menangis sampai tertidur. Semua iba denganku, mereka tidak tahu harus berbuat apa.
Ku hapus facebook ku, twitter dll yang ada kenangan dengan Nadya di dalam nya, bukan ingin melupakan, tetapi hatiku teriris setiap membaca pesan yang menyatakan kalau mereka juga punya kenangan baik bersama nadya. Betapa mereka merindukan nya, betapa mereka berduka tanpa nya dan semua ucapan lain yangbikin aku tambah sulit untuk merelakan kepergian nya. Aku mengalami depressi lebih dari 1 tahun semenjak kepergian nya.
Aku menutup diri, aku tidak ceria lagi, bahkan aku mendorong orang-orang dari hidupku. Kuliah ku berantakkan, semua nya terasa tidak begitu berjalan dengan baik karena aku kehilangan separuh jiwa, yaitu Sahabt terbaik di dalam hidupku. Bukan menyalahkan Tuhan, aku hanya memneci keadaan bahwa aku tidak bisa tanpa nya, harusnya aku belajar ikhlas..
Sempat ada yang bilang aku gila, aku tidak perduli. Mereka hanya bisa berbicara tanpa bisa merasakan apa yang kurasa
Ada yang bilang aku gak bisa bergaul, aku tidak perduli
Karena sulit bagiku bisa menemukan sahabat yang sejati seperti Nadya
Bahkan, Aku sempat dibilang "meninggal" karena gak ada di facebook, twitter atau social media lain nya. Meskipun sempat kuharap itu benar--
Semua terasa sulit tanpa nya, telepon dirumah yang dipasang khusus dikamarku hanya untuk berbincang dengan nya kalau kami tidak sempat bertemu, kini sudah tidak pernah berdering lagi. Masih kusimpan sms terakhir nya waktu itu. Aku terus mencoba mengerti mengapa dia gak memberiku isyarat sebelumnya.
Kami sempat berseteru karena masalah kecil, padahal selama berteman dengan nya aku tidak pernah tidak setuju dengan pilihan nya, aku selalu mendukung dia sepenuhnya. Begitu pun sebaliknya. Namun pilihan yang dia pilih saat itu aku yakin akan menyakiti dirinya untuk kesekian kalinya, itulah mengapa aku sempat tidak sepaham dengan nya. Tapi--
Dia dengan segala kesabaran nya meyakinkan ku bahwa setiap manusia berhak mempunyai kesempatan kedua. Dia sempat bilang :
"Bun, aku minta maaf kalau selama ini aku ada salah, bukan nya aku mau kita begini. Diam-diam an. Aku gak mau kamu marah"
"Aku cuma gak mau kamu sakit hati lagi Yah. Sudah cukup dia bikin kamu nangis selama ini. Kamu marah sama aku? Maaf :("
"Ya ampun bun, kita sudah lama temanan, aku cuma gak mau kita musuhan. Aku juga gak bakal dan gak akan pernah bisa marah sama kamu bun"
Aku sempat terharu membaca YM nya waktu itu, ini tidak biasanya. Dia gak pernah menyatakan hal semacam ini selama berteman.
"Mmm iya. Aku masih teman mu kok yah. Aku dan Riny cuma gak suka kalau dia nyakitin km lagi. Kami gak mau kamu terluka lagi."
"Kalian sahabatku, aku gak mau kita pisah. Dan pula aku ngasih kesempatan supaya dia bisa lebih baik lagi. Semua orang perlu kesempatan kedua untuk jadi manusia yang lebih baik, kan?"
Begitulah kurang lebih perbincangan kami sehabis marahan selama 1minggu. Semua kembali seperti semula. Kami bahkan hang out lagi, dan malam tahunan bareng dirumah Nadya. Tanpa kami sadari bahwa itu adalah malam tahun baru terakhir bersama nya
Sebenarnya masih banyak kisah kami berdua, memang kami baru berteman semenjak kelas 3 smp. Tapi setelah itu kami tidak terpisahkan sampai SMA dan Kuliah. Dan sudah pasti banyak cerita di dalam nya yang sulit untuk aku lupakan. Kami susah senang bersama, kejadian baik itu buruk atau baik selalu bergantian kami alami. Dia selalu ada di saat aku memerlukan nya, dia yang sejatinya satu-satunya orang yang mau berteman denganku serta ke-tidak sempurnaanku. Tidak sekali pun dia mengeluhkan sifat-sifat burukku, karena aku pun menerima segala kekurangan dan kelebihan nya.
Aku sadar, mungkin Allah pengen aku belajar mandiri, tidak tegantung dengan orang lain, tidak egois dan ikhlas. Oleh karena nya Allah membawa kembali Nadya ke SurgaNya.
Sejak mengenal Nadya, aku belajar banyak tentang persahabatan. Dia memberikan banyak kebaikan di dalam hidupku, she's a perfect role model. Aku terlalu egois selama ini, aku kehilangan satu-satunya hal terpenting dihidupku.
Dan jika suatu saat ada yang bertanya "Seperti apakah sahabat yang sempurna" maka dengan tegas aku akan menjawab "yang seperti Nadya"
Tulisan ini hanya sebagai pelukis rindu terhadap sahabt ku Alm. Syarifah Nadya Rizka Andiny.
You will never replace , Yah :')
No comments:
Post a Comment
Say something :) x