Monday, 25 May 2015

So, do you think you know me that well?

Aku tidak pernah bisa mengekspresikan apa yang aku rasakan dengan baik, entah itu sekedar bercerita dan membagikan separuh beban kepada orang terdekat, atau dengan menuliskan semua nya kedalam sebuah tulisan. 
Tapi, anganku bercerita dengan sangat indah, dilengkapi visualisasi dan skenario yang sudah tertata dengan rapi. Menceritakan satu per satu pikiran yang sudah tidak sabar untuk diceritakan. Sebagian berpendapat aku orang yang susah ditebak, mungkin memang benar begitu, karena aku tidak pernah menempatkan suatu komposisi sepenuhnya mengenai definisi siapa "diriku" sebenarnya kepada orang lain. Jadi, mereka hanya mengenali "aku" yang sepersekian persen, tidak sepenuhnya. 
Ada kenyamanan tersendiri untuk tidak terlalu terbuka sepenuhnya kepada orang lain, bagiku itu merupakan hasil dari sebuah trauma yang sering dengan bodohnya aku biarkan terjadi kepadaku. Mempercayakan sesuatu kepada orang lain bukan merupakan sebuah pilihan yang cocok untuk aku ambil, karena pada akhirnya aku akan kembali menelan pil pahit dikecewakan. 
Disini aku kemabli duduk di depan layar monitor yang selama ini menjadi pengamat dan teman bercerita yang baik, ya menyedihkan memang memiliki sebuah laptop usang sebagai teman untuk berbagi.

Aku tidak pernah bisa menggantikan keberadaan seorang sahabat dari yang terdahulu. Mungkin disitulah mengapa berbagi perasaan dan pikiran sangat sulit bagiku. karena sebuah kepercayaan telah lebih dulu aku bangun di awal, dan sepenuhnya telah habis untuk 1 orang sahabat yang kini hanya dapat kukenang melalui kumpulan foto lawas nya. 

Membuka diri kepada lingkungan baru sudah pernah aku coba, memang ternyata tidak sesulit yang aku bayangkan karena sebelumnya aku merupakan pribadi yang terbuka kepada siapa saja, aku pun kembali mencoba berjalan menapaki satu persatu tahapan untuk menjadi "utuh" lagi. Dan disaat aku sudah berada di puncak kebahagiaan itu, aku kembali dijatuhkan dengan hal yang memang seharusnya tidak aku bagikan sembarangan-- KEPERCAYAAN. aku kembali meyakini bahwa ternyata mempercayai seseorang yang ku anggap bisa dipercaya bukanlah suatu opsi yang harus diterapkan kedalam pertemanan yang baru. Satu persatu semua pergi dengan mempercayai bahwa ini semua salahku yang terlalu naif karena mempercayai arti "Sebuah Persahabatan Di bangun atas dasar Kepercayaan". Aku terlalu tua untuk memahami jalan pikiran mereka yang jauh lebih muda dariku, bagi mereka aku terlalu rumit untuk dipelajari, sedangkan bagiku terlalu mudah membaca mereka karena mereka adalah bentuk gambaran dari aku di masa lalu. 

Aku menjadi pemurung
Dipenuhi rasa curiga bagi siapapun yang datang mendekat. Terlebih aku kembali diselimuti pikiran yang membuatku kembali kedalam lingkaran hitam yang mereka sebut DEPRESI. Aku tidak melebihkan ketika aku menyebut DEPRESI. Karena hal itu sudah menjadi kebiasaan lamaku ketika satu-persatu manusia yang aku sayangi pergi meninggalkanku. 
Aku terkungkung oleh pikiran yang sulit aku pahami. dari depresi, di lanjutkan oleh rasa cemas dan khawatir berlebihan yang menyebabkanku sering terkena serangan panik, dan hal itu tidak mengenal waktu.
Antidepresan menjadi satu-satunya tempat pelarianku karena aku sudah tidak dapat mengenali yang mana yang akan tetap berada di sampingku disaat aku terjatuh kedalam gelapnya trauma yang aku rasakan. Sangat gelap sehingga aku sulit melihat cahaya yang tersisa.

Aku kembali menutup semua pintu akses untuk dikenali, saat itu aku berharap untuk bisa menghilang saja. 

Dan sampai hari ini, aku masih tidak memberikan tiket masuk kepada siapapun untuk melihat sepenuhnya diriku. Aku muak dengan keadaan yang pasti akan terulang kembali jika aku kembali berbaur dengan orang lain. Aku muak untuk terus bangkit dari lubang gelap depresi dan mengkonsumsi antidepresan yang tidak sepenuhnya bisa menolong. 

Ku biarkan mereka menganggapku kejam, pesimis, sarkastik dan pecundang karena tidak bisa menjadi seperti mereka, bagiku itu lebih baik daripada harus mengikuti arus sosial dan menjadi sakit hati karenanya. Aku lebih menikmati duduk sendiriku di depan laptop , memandangi birunya langit dipagi hari melalui jendela kamarku, mendengarkan musik yang aku suka, menuliskan apapun yang ingin aku tulis, dan menjalani hari dengan ambisiku untuk bisa berubah lebih baik jauh di atas rata-rata.

Dan sampai hari ini, aku mengenali diriku dengan baik, aku tidak perlu dikenal dunia untuk bisa menjadikan dunia menjadi tempat yang lebih baik.
Continue Reading...

Followers

Follow The Author

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...